03 January 2009

KEPUTIHAN PADA WANITA

Posted by sgnsuradi 3:04 PM, under | 1 comment

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Demikian ungkapan nenek moyang kita bila menjumpai yang baru dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata ungkapan ini cocok diberlakukan untuk penyakit, tapi di ubah sedikit menjadi “tak kenal maka tak diobati” bagi kebanyakan wanita, keputihan seperti momok yang sangat menjengkelkan bahkan menakutkan. Ketika mengalaminya, para wanita menjadi resah, risih, merasa bersalah, tidak percaya diri dan perasaan gundah lainnya.

Salah satu penyakit yang yang perlu dikenal oleh kaum kaum wanita adalah Keputihan. “Sebanyak 75% wanita pasti pernah mengalami keputihan, setidaknya sekali” dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG menjelaskan. Keputihan, menurut dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG yang seorang staf pengajar di Departemen Obsgyn FK-UI ini, sebagian besar disebabkan karena infeksai jamur (candidiasis), bakteri dan parasit. “Keluarnya cairan atau lendir dari vagina dianggap tidak normal bila menimbulkan keluhan, seperti gatal dan berbau, “kata dokter Ovi, panggilan akrab dr. Dwiana Ocviyanti.

Menurut dr. Boyke, Sp.OG, dikenal dua jenis keputihan. Yaitu keputihan (normal) dan patologis (penyakit). Keputihan fisiologias dapat terjadi pada waktu subur, menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dalam kehamilan, bayi perempuan yang baru lahir dalam waktu satu hingga sepuluh hari (dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang dihasilkan oleh plasenta) dan gadis muda terkadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas (biasanya gejala ini hilang dengan sendirinya). Gejala keputihan fisiologis yaitu cairan dari vagina tidak berwarna kuning, tidak tidak berbau, tidak gatal dan jumlah cairan bisa sedikit ataupun bisa cukup banyak. Keputihan patologis dapat terjadi pada kangker rahim, tetapi keputihan tidak menyebabkan kangker rahim. Keputihan patologis dapat disebabkan infeksi jamur (kebanyakan Candida Albicans ), infeksi bakteri (kuman E.Coli Sthapilococcus), infeksi parasit jenis protozoa (Trichomonas Vaginalis), infeksi Gonnorhoe, kurang gizi, anemia, factor kebersihan, pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, dan rambut yang tak sengaja masuk vagina. Gejala keputihan patologis yaitu cairan dari vagina keruh dan kental, warna kekuningan, keabuan, kehijauan, berbau busuk, anyir, amis, terasa gatal, jumlah cairan banyak. Keputihan akibat kangker rahim dapat disebabkan karena sering berganti-ganti pasangan. Dari berganti-ganti pasangan itu, sang suami menularkan kepada istri. Pada tahap awal, istri malu memeriksakan diri ke dokter. Pada tahap lanjut, dimana telah terjadi keputihan dan berdarah sewaktu berhubungan seks, biasanya istri baru memeriksakan diri ke dokter (disini sudah masuk kangker stadium dua atau tiga). Tindakan ketika menderita keputihan :
- Berupaya mencari pengobatan yang tepat da benar, tidak sembarangan berobat, lebih baik periksakan ke dokter sebelum terlanjur parah
- Menghindar memakaui pakaian ketat, tidak menyerap keringat dan jaga kebersihan
- Untuk sementara (sampai penyebab keputihan diketahui dan sembuh dari keputihan), menghindari berhubungan seks dan mengajak pasangan untuk menjalani pemeriksaan ke dokter bersama
- Pemakaiam antibiotk atas saran dokter.


Pencegahan keputihan

- Menjaga kebersihan vagina (membersihkan dengan air bersih, pemakaian antiseptik hanya atas saran dokter)
- Menghindari memakai calana dalam ketat/berbahan nylon (sebaiknya pakai yang bahan katun dan ganti setiap hari)
- Membasuh / membilas (cebok vagina: dari arah depan ke belakang)
- Menghindari duduk di toilet umum
- Mengganti pembalut di kala menstruasi pada tepat waktu
- Menghindari ganti-ganti pasangan.


Baik keputihan fisiologis dan keputihan patologis harus segera diobati, karena masing-masing membawa pengaruh bagi kesehatan. Keputihan fisiologis menyebabkan kurang bersihnya alat kelamin, yang akan menyebabkan masalah pada saat melakukan hubungan seksual. Intinya, jika timbul keputihan jangan terlalu risau tapi jangan pula memandang sepele. Lankah terbaik adalah menghubungi/konsultasi je dokter masing-masing. Sebab pengobatan yang tepat dan cepat harus dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Sumber :
Nukeseny, dr. Warta Kesad, 2008. Edisi No.71